Belakangan permainan latto-latto makin populer. Permainan ini juga sempat dicoba oleh Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat kunjungan kerja di Subang, Jawa Barat.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dalam akun Instagram pribadinya mengunggah video Jokowi bermain latto-latto atau nok-nok, pada Selasa, 27 Desember 2022.
Permainan ini membenturkan dua bola yang disambungkan dengan tali dan cincin di atasnya. Cara memainkannya mengayunkan tangan ke atas dan bawah supaya bola bergerak berlawanan arah dan terbentur di tengah mengeluarkan bunyi.
Permainan latto-latto
Mengutip WBSM, United Press International (UPI) merujuk artikel 12 Februari 1971 yang diterbitkan New York Times: “Mainan itu terdiri atas dua bola plastik dihubungkan dengan tali dan cincin di tengah. Pengguna menyelipkan cincin dan menggoyangkan jarinya ke atas dan bawah. Bola berayun seperti pendulum dan terbentur.
Mengutip Groovy History, latto-latto mainan asal Amerika yang sudah ada sejak tahun 1960-an. Permainan itu dikenal dengan berbagai nama, yaitu clackers, click-clacks, knockers, ker-banks, clankers.
Dahulu latto-latto sempat dianggap permainan yang berbahaya, karena bolanya terbuat dari kaca. Saat terbentur berisiko pecah, serpihannya bisa mengena pemain atau orang di sekitarnya.
Supaya permainan itu tidak membahayakan, bola diganti berbahan plastik. Menurut catatan New York Times pada 12 Februari 1971, mainan latto-latto pernah mengakibatkan empat orang cedera.
Sekarang latto-latto agaknya sudah tak lagi membahayakan, karena bolanya berbahan plastik yang padat. Di Jawa permainan itu dikenal dengan nama etek-etek. Di Makassar disebut kato-kato.
Mengutip Koran Tempo, pengajar dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, Efriyani Djuwita menjelaskan, permainan latto-latto berdampak positif untuk anak-anak. Latto-latto menjadi sarana anak belajar mengontrol gerak tangan. Misalnya, menakar seberapa kuat gerak tangan supaya bola berbenturan secara tepat.