redaksipil – Negara Negara Barat harus hentikan penghinaan pada kitab suci agama, kata Ketua Parlemen Turki Mustafa Sentop pada Ahad (29/1/2023). Ia mengarah pada pembakaran Alquran di Swedia, Belanda dan Denmark.
“Beberapa negara Barat harus selekasnya akhiri permainan beresiko ini,” kata Sentop pada tatap muka ke-17 Persatuan Parlemen Organisasi Negara Anggota Kerja Sama Islam (PUIC) di Aljazair.
Sentop mengutarakan ajakan itu sesudah politikus Denmark–Swedia Rasmus Paludan, pimpinan Partai Stram Kurs (Garis Keras) sayap kanan, pada Jumat lalu membakar salinan Alquran di muka sebuah mushola di Denmark.
Perlakuan Islamofobia terjadi sekian hari sesudah Paludan membakar Alquran di luar Kedutaan Besar Turkiye di Swedia sepanjang protes yang disepakati polisi.
Paludan umumkan akan membakar kitab suci umat Islam tiap hari Jumat sampai Swedia masuk ke koalisi NATO.
Hujatan global sudah mengucur, dengan Pertama Menteri Swedia Ulf Kristersson menyebutkan perlakuan Paludan “benar-benar tidak bermoral.”

Penistaan Alquran itu memacu protes keras di dunia Islam, di mana Turki menyebutkan Paludan sebagai “penipu yang membenci Islam” dan menyumpah keras ijin yang diberi oleh faksi berkuasa untuk perlakuan provokatifnya, yang kata Sentop “terang sebagai kejahatan rasial”.
“Bukti jika perlakuan provokatif pada Islam yang mengejek nilai-nilai suci kita dibolehkan oleh kewenangan Swedia dengan alasan kebebasan berekspresif, jika Belanda meremehkan gempuran di negaranya sendiri, dan Denmark ikuti pergerakan garis yang serupa,” papar Sentop.
Ia menambah jika perlakuan ini sudah memperlihatkan “mentalitas penuh kedengkian” dari Barat yang tidak menghargai keyakinan dan ide.
“Lepas dari segala hal, kita umat Islam harus melakukan tindakan siaga, moderat, logis dan bermartabat. Kita jangan tinggalkan konsep menghargai ketidaksamaan yang diberikan oleh agama dan peradaban kita, memerintah kebaikan dan menghindar kejahatan,” kata Sentop.
Hadapi “perlakuan menakutkan” semacam itu, suara dari negara dan organisasi Islam juga kurang kuat, kata ketua parlemen Turki.
“Tetapi, tanggapan kelompok dan kuat kami tidak disangsikan kembali memungkinkan Swedia, Denmark, Belanda atau negara lain meluluskan perlakuan tidak terhormat semacam itu,” pencet ia.
Selainnya respon pribadi oleh beberapa negara, perlu untuk memperlihatkan reaksi pada tingkat paling tinggi pada tubuh internasional yang sebagai wakil beberapa negara Islam, tambah ia