redaksipil – Ngemis Online Menjadi Pusat Perhatian Belakangan. Ini Ngemis lewat sosial media, seperti Tiktok saat ini sedang ramai dilaksanakan warga. Mengharap belas kasihan berupa gift dari warga, mereka bahkan juga ikhlas mandi lumpur larut malam.Trend ini menyebar cepat dimedia sosial dan banyak yang mulai mengikutinya.
Sosiolog dari Kampus Gadjah Mada (UGM)m Derajat Sulistyo Widhyarto menjelaskan jika peristiwa mengemis lewat sosial media atau sosmed akan lenyap sendirinya bila netizen tidak memberikan dukungan aktivitas itu.
“Jika tidak ‘disawer’ oleh warganet itu lenyap sendirinya,” kata Derajat diambil dari Di antara Yogyakarta di Jakarta, Sabtu (21/1).
Menurutnya, pemerintahan tak perlu keluarkan peraturan khusus terkait dengan peristiwa baru itu.
Tetapi, pemerintahan perlu mendidik pemakai sosmed supaya tidak memberikan dukungan upaya-upaya untuk manfaatkan rasa belas kasihan seseorang buat mendapatkan keuntungan di sosmed, yang terkadang dilaksanakan dengan mengeksplorasi masyarakat rawan.

“Saya anggap warganet bukanlah orang bodoh. Kadang saat mereka dapat memprioritaskan emosi hingga memberi saweran karena kasihan,” katanya.
Menurutnya, pemakai sosial media di Indonesia perlu dididik agar tidak memberikan dukungan perlakuan eksplorasi di basis sosial media.
Derajad menyampaikan jika antara pemakai sosmed ada yang memandang tindakan mengemis lewat online sebagai tontonan yang melipur. Ia menyebutkan sikap itu sebagai salah satunya pertanda kemerosotan atau kritis sosial dalam warga yang terjadi karena efek perubahan cepat tehnologi info.
“Ada sosmed (memacu) banyak peralihan sikap, terhitung orang mendeskripsikan selingan telah berlainan. Bahkan juga tontonan sakiti kucing dipandang selingan,” katanya
“Mereka ikuti jaman, maknanya jika dengan cara sosial pengemis itu masih tetap ada, hanya saat ini instrumennya saja yang lain,” ia menambah.
Disamping itu, Derajad sampaikan jika peristiwa mengemis lewat sosmed tidak terlepas dari permasalahan kemiskinan dan usaha pengendaliannya.
Maka dari itu, selainnya mendidik warga berkenaan pemakaian sosial media, pemerintahan harus juga konsentrasi menggalakkan usaha untuk menangani kemiskinan.
“Tahun ini kan APBN-nya konsentrasi pada pengentasan kemiskinan. Nach hanya itu sebetulnya konsentrasi pemerintahan, bagaimana triknya perkuat ekonomi pada tingkat bawah di wilayah,” katanya.